Bali juga dikenal sebagai 'Pulau Dewata'. Sebutan itu merupakan
penggambaran keindahan alam serta banyaknya 'pura-pura', yang diakui
sebagai tempat bersemayamnya para dewata. Sebagian besar penduduk Bali
merupakan penganut agama Hindu, yang konon berasal dari Jawa, setelah
jatuhnya kerajaan Majapahit.Agama Hindu mengenal banyak dewa, yang
diakui sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa (Sang Hyang Widhi Wasa)
di dalam melaksanakan kekuasaanya yang tak terbatas di alam semesta.Oleh
karena itu, masyarakat Bali yang sebagian besar pemeluk agama Hidu,
sangat taat menjalankan ajaran agamanya, dengan melaksanakan berbagai
upacara keagamaan yang silih berganti, hingga menjadikan masyarakat
religious dengan corak yang teramat khas.
Di TMII, anjungan Bali tampil dalam bentuk lingkungan perumahan adat
Bali. Pada dasarnya, perumahan Bali senantiasa menampilkan pola
arsitektur tradisional, yang bersumber pada Astha Kosala-kosili, yang di
dalamnya terdapat falsafah Tri Hita Kirana, yang menerangkan adanya
tiga penyebab kebahagiaan, yaitu hubungan yang harmonis antar manusia
dengan Tuhan, manusia dengan sesame dan manusia dengan alam (lingkungan
hidup). Dijelaskan pula bahwa pada dasarnya perumahan adalah kebutuhan
perorangan secara pribadi. Oleh karena itu, factor siapa yang akan
menempati rumah tersebut akan berpengaruh besar terhadap proses
pembangunannya.
Anjungan Bali merupakan sebuah areal yang berpagar dan bertembok di
sekelilingnya.Gapura masuknya, sebuah Candi Bentar, berupa bangunan
belahan kembar dalam posisi berhadap-hadapan, yang oleh karena itu
disebut sebagai Gapura Belah.Memasuki areal anjungan, terdapat Balai
Bengong (tempat berangin-angin yang terdapat di bagian kiri halaman),
Balai Pengambuhan yang berfungsi sebagai balai kesenian dan balai
peruman yang berfungsi sebagai balai musyawarah.Dibatasi dengan pagar
memanjang, dimana terdapat pintu pintu masuk berupa Candi Gelung orang
sampai ke halaman dalam (jeroan). Disini terdapat bangunan balai
Aling-aling (di belakang Candi Gelung) yang berfungsi sebagai penolak
bala, maksudnya pikiran yang kurang baik yang didapat diluar jangan
sampai dibawa ke dalam, hingga unsur-unsur jahat tidak dibawa ke dalam
rumah.
Di dalam halaman ini juga terdapat balai rangki, tempat penyiapan
kelengkapan upacara keagamaan, dan balai gede tempat upacara
manusia-yadya dilaksanakan.Upacara manusia yadya ialah rangkaian upacara
yang diadakan sesuai dengan siklus kehidupan manusia, antara lain,
upacara bayi dalam kandungan, kelahiran, potong gigi, perkawinan,
kematian dan lain-lain.Di bagian lain terdapat bangunan pawon, dapur
keluarga dan Jineng, yang aslinya sebagai tempat penyimpanan padi
(lumbung).Terdapat pula bangunanbalai Dauh atau Singosari dan balai
Bandung.Masing-masing aslinya berfungsi sebagai tempat tinggal para
jejaka dan gadis.Di halaman ini masih terdapat sebuah bangunan lagi
yaitu loji, yang berfungsi sebagai tempat istirahat sehabis berkerja
keras.
Masyarakat bali adalah masyarakat religious. Karena itu di bagian
lain terdapat pula areal khusus yang disebut merajan atau sanggah, yang
merupakan tempat tersuci bagi keluarga. Di dalam merajan ini terdapat
beberapa bangunan suci, antara lain Padmasari, bangunan tinggi dengan
bentuk kursi kosong di bagian atasnya, rong telu dan taksu, yang
masing-masing mempunyai fungsi sendiri di bidang keagamaan.Di bidang
seni budaya Bali cukup terkenal.Hasil kerajinannya, antara lain, patung,
topeng, kain tenun dan lain-lain, umumnya merupakan karya seni yang
bercorak spesifik Bali. Sedang dalam seni tari, orang mengenal gerak
tari bali yang dinamis antara lain, tari Pendet, Legong, baris, Manuk
Rawa, dan lain-lain. Berbagai karya seni itu dapat kita jumpai di
anjungan Bali. Di sini, orang dapat menyaksikan berbagai jenis patung
model Cokot ataupun model karya I Nyoman Togog. Sedang di hari Minggu
dan hari libur, anjungan ini senantiasa tampil dengan berbagai
pertunjukan kesenian seperti pertunjukan barong dan lain-lain.
*HERIBERTUS NUGRAHA PRADANA*
*11 IPS*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar