Gereja Santa Chatarina adalah rumah tempat ibadah umat Katholik Roma.
Letaknya bersampingan dengan Masjid Pangeran Diponogoro dan Gereja
Kristen Haleluya, Gereja Santa Catharina dibangun tahun 1973 dan
diresmikan tahun 1975 dengan luas bangunan 1.030 m2 di atas lahan seluas
2.860 m2.
Bentuk bangunan gereja ini merupakan tiruan gereja katholik pertama
di Indonesia, yaitu Gereja Santa Catharina di Surabaya. Nama Chatarina
diambil dari nama tokoh suci perempuan yang mengabdikan seluruh hidupnya
untuk mempertahankan keyakinan dan meninggal sebagai martir karena
ketaatannya terhadap Tuhan Yesus. Gaya arsitekturnya dipengaruhi gaya
Roma kuno, tetapi atapnya memiliki ciri khas bangunan tradisional Jawa ;
tidak memiliki hiasan dekoratif, hanya jendela yang terbuat dari kaca
diffuse bergambar salib. Garis - garis yang berkaitan dengan struktur
atap mengesankan pengaruh Roma tersebut.
Secara keseluruhan rumah ibadah ini terdiri dua bangunan, yakni
bangunan utama dan aula. Bangunan utama untuk ruang jemaat dan ruang
pengampunan dosa, di depannya terdapat menara lengkap dengan lonceng
gereja dan puncaknya bersalib; sedang aula sekaligus menjadi ruang
perpustakaan, kantor, ruang pastor, dan toilet. Jika sedang ada
misa/ruang perpustakaan digunakan untuk Sekolah MInggu bagi anak-anak di
bawah umur 10 tahun.
Kegiatan misa dilaksanakan setiap hari Minggu sebanyak dua kali dan
pada hari-hari besar, seperti perayaan Minggu Palem, Kamis Putih, Jumat
Agung, Minggu Paskah dan Natal. Umat yang mengikuti misa terdiri atas
karyawan TMII, masyarakat sekitar, dan pengunjung. Gereja juga terbuka
untuk umum, terutama bagi mereka yang ingin melaksanakan pemberkatan
pernikahan dapat dilanjutkan dengan resepsi di berbagai tempat di
lingkungan TMII, baik di dalam gedung ( indoor) maupun di luar gedung
(outdoor).
*HERIBERTUS NUGRAHA PRADANA*
*11 IPS *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar